Assalamualaikum Wr. Wb.
Puncak, siapa yang tak kenal nama tempat yang satu ini. Hampir sebagian penduduk Jakarta dan Jawa Barat pasti tahu dan pernah mengunjungi tempat yang satu ini. Tempat yang berada di pegunungan ini memang tempat yang selalu ramai dikunjungi para wisatawan lokal dan asing, khususnya pada weekend dan hari libur. Udara yang dingin dan segar mungkin menjadi alasan kenapa orang gemar berkunjung disini. Dan juga dilengkapi dengan panorama kebun teh di sekeliling jalan juga menambah keindahan tempat ini.

Biasanya orang-orang ramai mengunjungi Puncak pada hari sabtu dan minggu, hari-hari libur sekolah dan libur kerja, serta pada libur tahun baru. Nah, pada momen tahun baru biasanya jalanan di puncak sangat padat akan kendaraan. Sampai-sampai pada malam itu mobil hamper tidak bergerak sedikitpun alias mengalami macet total. Biasanya pada malam tahun baru pihak kepolisian setempat memang sengaja menutup ruas jalan dari Jakarta, agar volume kendaraan tidak bertambah padat di daerah tersebut. Sangat disayangkan, tempat yang begitu indah dan menyenangkan harus dibayar dengan waktu sia-sia jika terjebak macet di Puncak atau di Cisarua. Para polisi biasanya juga melakukan buka tutup jalan atau jalan satu jalur pada tiap hari sabtu dan minggu. Tapi menurut saya kebijakan ini belum efisien sepenuhnya karena kemacetan masih saja terjadi meski telah melakukan jalan satu jalur. Jika anda pernah mengunjungi Puncak pada hari sabtu atau minggu, pasti anda pernah mengalami itu, mobil anda tidak bias bergerak sama sekali selama ber jam-jam untuk membiarkan jalur yang berlawanan lewat dengan lancar. Akan tetapi sekalipun jalur di Puncak lancar-lancar saja pada akhir pekan kebijakan ini tetap dilakukan karena sudah menjadi jadwal rutin tiap minggu. Sungguh ironis, karena menurut saya kebijakan ini sangat tidak efisien dan dapat menghambat aktivitas orang yang akan berkunjung kearah Jakarta atau Bandung. Saya sendiri pernah mengalami bahkan sering mengalami ketika hendak melakukan perjalanan dari Cipanas ke Jakarta maupun sebaliknya.

Dan sepertinya momen kemacetan seperti ini sangat di manfaatkan oleh pedagang- pedagang kaki lima yang selalu banyak berada ketika kemacetan berlangsung. Mereka dengan leluasa menjajakan dagangannya. Memang pada momen seperti ini kita juga harus memikirkan kaum pedagang, tetapi disisi lain momen buka tutup jalan ini sangat merugikan banyak pihak terutama orang yang mempunyai keperluan lain, karena begitu menyita waktu. Di Negara kita sungguh banyak kejadian yang ironis yang mungkin akan selalu terjadi. Lalu kapan masyarakat Indonesia dapat dengan nyaman mengunjungi tempat wisata yang asri ini? Tanpa kemacetan?, mungkin itu menjadi urusan pihak kepolisian, yang tidak tahu kapan hal itu dapat terjadi. Padahal objek wisata yang sangat berpotensi seperti Puncak harusnya memungkinkan orang-orang untuk dapat mengunjunginya, karena bila hal itu dilakukan sebaik mungkin, wisata alam Puncak bisa menambah devisa Negara kita.
Masyarakat Indonesia khususnya Jawa Barat dan Jakarta memang cenderung mementingkan dirinya sendiri dan kurang memperhatikan pihak lain. Mungkin hal ini yang menyebabkan kenapa hal-hal ironis seperti itu tetap terjadi seakan menjadi kegiatan rutin, dan bukan tidak mungkin hal itu akan tetap terus terjadi. Dan di masa depan akankah orang masih bisa mengunjungi Puncak tanpa kemacetan…Tentu ini masalah yang sebenarnya mudah memecahkannya, hanya membutuhkan kesadaran semua pihak dalam melaksanakannya. Agar orang-orang bias terus menikmati liburan ke tempat wisata peninggalan nenek moyang ini tanpa harus mengalami kemacetan.
Saya sangat berharap ke depannya akses jalur menuju Puncak dapat dilalui dengan lancar tanpa adanya kemacetan, bukan hal ini saja, dan juga permasalahan-permasalahan di Negara ini yang masih belum ada penyelesaian agar cepat menemukan titik terang. Mungkin cukup sekian sedikit tulisan dari saya tentang ke ironisan di dalam keindahan tempat wisata alam Puncak yang masih menjadi tanda Tanya. Saya mohon maaf bila kata-kata saya tadi menyinggung berbagai pihak. Sekian dari saya kurang lebihnya mohon dimaafkan.
Wassalamualaikum Wr. Wb.