Berdasarkan periode masuknya,
sastra
Indonesia dibagi menjadi sastra lama dan sastra baru. Sastra lama masuk
ke Indonesia seiring dengan masuknya agama Islam ke Nusantara pada abad
ke-13. Sedangkan, sastra baru adalah sastra yang telah dipengaruhi oleh
karya sastra asing. Namun, berdasarkan bentuknya, baik sastra lama dan
sastra baru terbagi atas puisi, prosa, dan drama.
Salah satu jenis prosa yang termasuk ke dalam karya sastra lama adalah
hikayat, sedangkan jenis prosa yang termasuk ke dalam karya sastra baru
adalah novel dan cerpen. Ketiga prosa tersebut tentu memiliki persamaan
dan perbedaan. Oleh karena itu, untuk mengetahuinya diperlukan
perbandingan di antara ketiga bentuk karya sastra tersebut.
Hikayat adalah prosa Malayu lama yang mengisahkan raja-raja terdahulu
atau tokoh-tokoh yang hidup di suatu kerajaan, undang-undang, sejarah,
biografi, atau kumpulan semuanya. Biasanya tokoh yang digambarkan
memiliki kesaktian dan kekuatan gaib.
Hikayat biasanya merupakan cerita yang disampaikan untuk menghibur (pelipur lara) dan memiliki banyak pesan moral di dalamnya.
Ciri-ciri hikayat adalah sebagai berikut.
- Kisahnya seputar kehidupan raja dan kehidupan di lingkungan istana (istanasentris);
- Hikayat bersifat pralogis, yakni memiliki logika tersendiri yang tidak sama dengan logika umum;
- Terdapat tokoh yang memiliki kekuatan yang sakti mandraguna;
- Pengarang hikayat biasanya anonim (tidak disebutkan atau tidak diketahui);
- Menggunakan bahasa klise (arkais), seperti penggunaan kata syahdan, hatta, dan lain-lain;
- Mengandung unsur fantasi dan imajinasi yang tinggi;
- Alur cerita mudah ditebak, yaitu menceritakan petualangan seorang
tokoh yang kemudian berhasil mengalahkan musuhnya lalu diangkat menjadi
raja;
- Penokohannya bersifat mutlak, yaitu yang baik selalu baik dari awal
hingga akhir, sedangkan yang jahat selalu jahat dari awal hingga akhir;
dan
- Hikayat bersifat statis, isi ceritanya tidak berkembang seiring perkembangan zaman.
Berdasarkan ceritanya, hikayat di dalam kesusastraan Indonesia dibagi
atas empat jenis, yaitu hikayat Melayu asli, seperti Hikayat Negeri
Johor; hikayat Jawa, seperti Hikayat Panji Sumirang; hikayat India,
seperti Hikayat Ramayana dan Mahabarata; dan hikayat Arab, seperti Amir
Hamzah.
Seperti karya sastra lama lainnya, penyebaran hikayat pada mulanya hanya
bersifat lisan, yaitu dari mulut ke mulut. Baru di zaman modern seperti
saat ini, hikayat dapat ditulis kembali dalam bentuk tulisan. Di dalam
khazanah kesusastraan Indonesia, hikayat-hikayat yang terkenal adalah
di antaranya sebagai berikut:
- Hikayat Aceh
- Hikayat Abdullah
- Hikayat Abu Nawas
- Hikayat Abu Samah
- Hikayat Amir Hamzah
- Hikayat Banjar
- Hikayat Bakhtiar
- Hikayat Bayan Budiman
- Hikayat Muda Cik Leman
- Hikayat Hang Tuah
- Hikayat Iblis
- Hikayat Indraputra
- Hikayat Iskandar Zulkarnain
- Hikayat Isma Yatim
- Hikayat Jaya Lengkara
- Hikayat Kalila dan Daminah
- Hikayat Kerajaan Sikka
- Hikayat Malim Dewa
- Hikayat Musang Berjanggut
- Hikayat Merong Mahawangsa
- Hikayat Muhammad Hanafiah
- Hikayat Nakhoda Asik
- Hikayat Nakhoda Muda
- Hikayat Negeri Riau
- Hikayat Negeri Johor
- Hikayat Pahang
- Hikayat Panca Tanderan
- Hikayat Pandawa Jaya
- Hikayat Panji Kuda Semirang
- Hikayat Patani
- Hikayat Pelanduk Jenaka
- Hikayat Purasara
- Hikayat Putera Jaya Pati
- Hikayat Raja Akil
- Hikayat Raja Budiman
- Hikayat Raja Jumjumah
- Hikayat Raja Muda
- Hikayat Raja-raja Pasai
- Hikayat Samaun
- Hikayat Sang Boma
- Hikayat Sang Bima
- Hikayat Seri Rama
Novel
Secara bahasa, kata
novel berasal dari bahasa Itali
novella
yang berarti kabar atau berita. Novel merupakan salah satu karya sastra
baru (modern) berbentuk prosa. Novel biasanya mengisahkan penggalan
kehidupan seorang atau beberapa orang tokoh dengan beragam konflik yang
dihadapinya sehingga menimbulkan perubahan nasib. Novel termasuk karya
fiksi, yakni berdasarkan imajinasi (khayalan). Beberapa novel diangkat
dari kisah nyata, namun tetap dalam penulisannya harus bersifat fiktif.
Ciri-ciri novel adalah sebagai berikut:
- Mengisahkan sepenggal kehidupan tokohnya. Sedangkan seluruh kehidupan tokoh biasanya diceritakan dalam roman;
- Konflik yang terjadi biasanya lebih dari satu konflik; dan
- Isinya lebih panjang dari cerpen, namun tidak ada batasan yang akurat.
Sebenarnya, novel hampir dapat disamakan dengan roman. Namun, sebagian
ahli sastra membedakan keduanya, dengan alasan isi roman lebih panjang
daripada novel. Jika novel hanya bercerita sepenggal hidup tokohnya,
maka roman biasanya menceritakan kehidupan tokohnya, mulai dari lahir
hingga meninggal. Selain itu, ada bentuk novel yang isinya lebih singkat
namun lebih panjang dari cerpen. Novel tersebut biasanya disebut
novelet atau novel mini.
Berdasarkan ceritanya, para ahli sastra membedakan jenis-jenis novel sebagai berikut:
- Novel percintaan, yaitu novel yang menceritakan kisah cinta antara
sepasang atau lebih tokoh di dalamnya. Konflik yang dibangun biasanya
seputar cinta segitiga, kasih tak sampai, hingga pengorbanan atas nama
cinta.
- Novel petualangan, yaitu novel yang menceritakan petualangan tokoh ke suatu tempat yang menarik.
- Novel fantasi, yaitu novel yang mengutamakan unsur fantasi atau
khayalan. Novel fantasi biasanya menceritakan tokoh yang tidak biasa
(tidak realistis) dan lain dari manusia pada umumnya, misalnya memiliki
indera keenam, mempunyai kekuatan sihir, atau berlatar sebuah kerajaan
di atas langit.
- Novel psikologi, yaitu novel yang menggambarkan kegelisahan jiwa
tokohnya. Novel ini berfokus pada konflik batin yang dialami para
tokohnya.
- Novel detektif, yaitu novel yang menceritakan misteri di balik suatu
kasus. Novel ini biasanya menggiring pembaca untuk ikut berpikir
mengenai masalah yang akan dipecahkan di dalamnya.
- Novel bertendensi, yaitu novel yang ditulis dengan tujuan
mengungkapkan keganjilan atau fenomena yang terjadi di dalam masyarakat.
Novel ini bisa menjadi kritik sosial bagi keadaan sosial yang terjadi
pada saat novel itu dibuat.
- Novel sejarah, yaitu novel yang ceritanya berdasarkan fakta sejarah,
seperti novel yang mengisahkan Cut Nyak Dien, dan tokoh atau pahlawan
lainnya. Meskipun demikian, penulisan novel ini tetap bergaya fiksi.
- Novel anak, yaitu novel yang dapat dijadikan bacaan bagi anak-anak,
baik ditulis orang dewasa atau anak-anak itu sendiri. Ciri khas novel anak adalah harus mengandung unsur pendidikan dan moral sehingga menjadi pelajaran bagi anak-anak sebagai pembacanya.
Cerita Pendek (Cerpen)
Cerita pendek atau biasa disingkat cerpen merupakan salah satu bentuk
prosa dalam sastra baru (modern). Cerpen merupakan prosa yang paling
banyak ditulis karena isinya yang pendek namun ceritanya padat. Panjang
cerpen biasanya tidak lebih dari 5.000 kata. Banyak yang menganggap,
cerpen adalah karya sastra yang habis dibaca dalam satu kali duduk.
Ciri-ciri cerpen adalah sebagai berikut:
Memiliki satu jalan cerita yang menjadi fokus utama;
Konflik yang terjadi sedikit, bahkan hanya cukup satu;
Bersifat padu, singkat, dan intensif, yakni ceritanya singkat, tidak
berbelit-belit, serta tidak melibatkan tokoh yang banyak dalam konflik
yang rumit; dan
Isinya lebih pendek dari novel.
Cerpen dapat ditemukan dengan mudah di koran, majalah, dan internet.
Kumpulan cerpen yang telah dibukukan dinamakan antologi cerpen. Selain
itu, saat ini terdapat cerita yang hampir mirip dengan cerpen namun
ditulis lebih singkat, bahkan tidak melebihi 1.000 kata. Cerita tersebut
biasa disebut fiksi mini (
flash fiction). Meskipun ditulis secara singkat, fiksi mini tetap memiliki cerita yang utuh.
Membandingkan Hikayat dengan Novel dan Cerpen
Sebagai suatu karya berbentuk prosa, hikayat, novel, dan cerpen
masing-masing memiliki persamaan dan perbedaan. Dari uraian sebelumnya,
dapat diketahui perbedaan di antara ketiga karya sastra tersebut
berdasarkan pengertian dan ciri-cirinya.
Namun demikian, ketiga karya sastra tersebut tetap memiliki unsur-unsur
intrinsik dan ekstrinsik yang dapat dianalisis. Unsur-unsur intrinsik tersebut antara lain:
Tema adalah gagasan utama yang mendasari sebuah cerita. Tema-tema dalam
hikayat biasanya hampir sama, seperti perjuangan seorang pahlawan hingga
akhir menjadi
raja,
percintaan raja dan permaisurinya, dan lain-lain. Sedangkan tema novel
dan cerpen lebih variatif dan banyak pilihan, seperti percintaan,
persahabatan, keluarga, agama, dan lain-lain.
Latar merupakan keterangan tempat, waktu, dan suasan yang mendasari
sebuah cerita. Latar pada umumnya terbagi atas latar waktu, latar
tempat, dan latar suasana. Pada hikayat, latar tempat sangat menonjol,
yaitu istana dan lingkungan sekitarnya. Sedangkan pada novel dan cerpen,
latar sangat bervariasi, baik tempat, waktu, maupun suasana.
Tokoh adalah individu yang diciptakan pengarang yang mengalami peristiwa
dan lakuan di dalam cerita. Sedangkan penokohan adalah pelukisan tokoh
cerita, baik fisik maupun watak tokoh tersebut. Pada hikayat,
tokoh-tokohnya terbatas pada raja-raja, ratu, permaisuri, atau rakyat
jelata yang digambarkan hidup di lingkungan kerajaan. Penokohan pada
hikayat bersifat mutlak, yang baik selalu baik dari awal hingga akhir
dan yang jahat selalu jahat dari awal hingga akhir. Sedangkan pada novel
dan cerpen, tokoh yang diciptakan pengarang tidak terbatas. Penokohan
pada cerpen dan novel juga lebih realistis, yang baik tidak selalu baik
dan yang jahat tidak selalu jahat. Perubahan watak seorang tokoh bahkan
sangat dimungkinkan di dalam novel. Penggambaran tokoh juga dinamis,
dapat berubah-ubah sesuai perkembangan zaman.
Alur adalah urutan atau rangkaian cerita. Berdasarkan jenis waktunya, alur terbagi atas alur maju (progresif), alur mundur (
flash back),
atau alur campuran. Pada hikayat, alur yang digunakan biasanya alur
maju, yaitu menceritakan perjuangan seseorang melewati segala lika-liku
hidup dengan rintangannya, kemudian dia berhasil menjadi raja. Namun
demikian, ada pula alur mundur yang digunakan. Pada cerpen dan novel,
ketiga jenis alur tersebut sangat mungkin digunakan, terutama pada novel
karena isinya lebih panjang daripada cerpen.
- Sudut pandang (point of view)
Sudut pandang adalah cara pengarang menempatkan posisinya dalam sebuah
cerita. Sudut pandang dibagi menjadi tiga macam, yaitu sudut pandang
orang pertama (akuan), sudut pandang orang ketiga terbatas
(diaan-terbatas), dan sudut pandang orang ketiga mahatahu
(diaan-mahatahu). Sudut pandang diaan-terbatas yaitu posisi pengarang
menjadi subjek pencerita dengan berfokus pada salah seorang tokoh seolah
dia adalah tokoh tersebut, sedangkan sudut pandang diaan-mahatahu yaitu
posisi pengarang sebagai subjek pencerita yang serbatahu akan nasib
semua tokohnya.
Pada hikayat, sudut pandang yang digunakan biasanya diaan-mahatahu. Hal
ini juga disebabkan pada umumnya hikayat bersifat anonim, yaitu tidak
disebutkan siapa pengarangnya. Sedangkan, pada novel dan cerpen, ketiga
sudut pandang tersebut biasa digunakan.
Gaya bahasa adalah cara pengarang mengungkapkan ide, gagasan, dan
perasaan yang diolah sedemikian rupa sehingga tercipta sebuah kesan bagi
pembaca. Pada hikayat, gaya bahasa yang digunakan bersifat statis,
yaitu biasanya menggunakan ungkapan arkais
(klise),
seperti syahdan, hatta, alkisah, pada suatu hari, dan lain-lain. Majas
masih biasa digunakan secara baku dan konsisten. Sedangkan pada novel
dan cerpen, gaya bahasa lebih dinamis, mengikuti perkembangan zaman. Majas-majas yang baku tidak selalu harus digunakan.
Amanat adalah ajaran moral atau pelajaran yang dapat diambil dari sebuah
cerita. Hikayat biasanya memiliki amanat yang mutlak, yaitu pelajaran
mengenai perjuangan, kejujuran, dan budi luhur lainnya. Amanat di dalam
hikayat biasanya ditulis secara eksplisit. Sedangkan pada cerpen dan
novel, amanat tidak selalu ditulis secara eksplisit, bahkan cenderung
implisit. Amanat tidak bersifat mutlak, bahwa yang baik tidak selalu
menang dan yang jahat tidak selalu kalah, sebagaimana kenyataan dalam
kehidupan.
SUMBER : http://cbs4rt.blogspot.jp/2013/03/perbedaan-hikayat-novel-dan-cerpen.html