Judul :
Musim Gugur Terakhir di Manhattan
Penulis : Julie Nava
Tahun : 2011
Penerbit : Lingkar Pena
Apa rasanya jika berhasil nemu buku yang emang 'pas' dengan momen keinginan?
Seneng banget tentunya. Dan inilah yang saya alami saat menuntaskan novel
bersetting LN ini, hasil dari jalan-jalan instan di Gramedia saat liburan dua
tahun lalu. Sebuah novel yang bertutur tentang konflik pra pernikahan antara
dua manusia dengan latar belakang agama, ras, kultur dan negara berbeda, juga
selipan unsur feminisme wanita modern.
Kisah diawali dengan Rosie yang menerima lamaran dari Anthony, seorang mualaf
berkebangsaan Italia, lewat saran dari imam masjidnya. Cara perkenalan yang
sudah kita kenal dalam ajaran Islam. Namun dalam kasus Anthony - Rosie, cara
semacam ini ternyata tak cukup, karena nyatanya dalam hari-hari yang mereka
lalui menjelang pernikahan, ada begitu banyak lika-liku tak terduga yang harus
dihadapi, serta kenyataan akan mengelupasnya satu demi satu motif dibalik
keinginan menikah satu sama lain, termasuk permasalahan yang dipicu oleh
ketidaksepahaman dalam pembuatan perjanjian pranikah yang semakin 'mengukuhkan'
ego dan prinsip masing-masing.
Tentu, bukanlah pada cara perkenalan ini yang harus disalahkan, melainkan ada
banyak faktor yang pada akhirnya menyebabkan rencana pernikahan mereka kandas
hanya dalam tempo beberapa hari jelang pernikahan. Pentingnya meluruskan niat,
bisa jadi ini salah satu pesan yang coba diselipkan, karena kedua tokoh cerita,
Anthony dan Rosie, menyimpan alasan masing-masing untuk menikah yang lebih
didasari pengalaman traumatis, dan dalam kasus Anthony, juga dibumbui
kepentingan dan ego, serta konflik terkait kultur keluarga Italia yang kental.
Sampai pada gagalnya pernikahan mereka, saya menganggap bahwa cerita ini sudah
sepantasnya tamat, nyatanya belum. Awalnya saya menganggap bahwa kisah pasca
episode kegagalan pernikahan ini dengan jalinan antara Rosie dan Marco yang tak
lain adalah adik Anthony, seakan penyambung kisah yang sedikit dipaksakan, tak
ubahnya sinetron striping yang harus diperpanjang episodenya karena rating yang
terus membubung, nyatanya saat sampai di bab-bab penutup, anggapan saya salah.
Justru kisah inilah, yang meski pola penuturannya terasa sedikit mengalami
peningkatan kecepatan, menjadi penyeimbang dan pelengkap atas tuturan konflik
yang telah terjalin sejak awal. Bab-bab penutup ini juga seakan menjadi peneguh,
bahwa disaat cinta, ego dan kepentingan saling berpacu di rel yang sama, maka
tetaplah cinta yang akan keluar menjadi pemenangnya.
Cinta yang akhirnya menggoyahkan inkonsistensi Anthony yang sempat berniat
menceraikan Aurora istrinya setelah sejak awal begitu kukuhnya ia
mempertahankan keinginan untuk menikahi Rosie, salah satunya adalah demi
mencapai pernikahan yang langgeng dalam sudut pandang dan prinsip seorang
Anthony. Cinta yang akhirnya menjadi sebab perpindahan keyakinan Marco (meski
Anthony juga berpindah keyakinan karena Rosie, namun anda akan menemukan alasan
yang sangat berbeda dari kedua pria ini). Dan cinta juga yang membuat Rosie
akhirnya menerima lamaran Marco meski menyadari bahwa Marco berasal dari trah
keturunan yang sama dengan Anthony yang jelas-jelas telah melukainya.
Penulis berhasil memadukan konflik multikultural dalam penuturan yang padat dan
dialog-dialog yang cerdas. Memang kalau dilihat dari latar belakang, penulis
yang berdomisili di AS dan bersuami seorang mualaf Amerika ini telah memiliki
jam terbang tinggi dalam mengisi media-media top tanah air juga menulis
beberapa hasil riset.
Hal lain yang saya senangi dari novel ini, adalah tokoh-tokohnya yang terasa
real, dalam artian tidak satupun tokoh-tokohnya digambarkan serba sempurna
(terus terang, meski fiksi, saya masih kurang legowo nrimo penggambaran tokoh
yang terlalu perfect) selain tentu aja performanya digambarkan pada keren2,
maklum, sebagiannya, tokoh Italiano gitu loh :D Jadi inget sahabat pena saya
waktu SMP, seorang Italiano berwajah kocak n kekanakan yang waktu itu sudah
kuliah. Andai waktu itu saya punya cukup uang untuk terus berkorespondensi
(waktu itu belum ada jejaring sosial via internet, ongkos prangko ke Italia
Rp.4.500,-, jumlah yang cukup untuk membeli satu helai t-shirt keren,
berbanding prangko surat dalam negeri yang cuma gocap), mungkin aja saya bisa
ngalamin kisah pahit-manis seperti halnya Anthony-Rosie *halah mpok, nghayalnya
kejauhan* :D
Dan lagi-lagi episode pasca kegagalan pernikahan Anthony dan Rosie menjadi
'penyeimbang' untuk memunculkan sisi-sisi tidak sempurna dari para tokohnya.
Pembaca (wanita khususnya) yang sejak awal udah jatuh benci setengah mati sama
sosok Anthony, akan menemukan sisi-sisi manusiawi dan kekokohan Anthony
mempertahankan tradisi keluarga di bab-bab akhir yang bisa jadi merebut secelah
simpati, sebaliknya menganggap sosok Marco (dimata saya) ternyata tak lebih
dari sosok pria flamboyan yang beruntung.
Buat teman2 yang menyenangi novel romantis dalam warna berbeda, tidak hanya
sekedar bersetting luar negeri tapi juga menghadirkan kisah akan lintas negara,
budaya dan agama, novel ini pantas dilirik. Juga buat teman2 penulis yang
pernah stay ataupun saat ini menetap permanen di LN, ayo dong bikin novel2
bersetting LN yang ciamik dan bernas, nggak hanya sekedar untuk keren-kerenan
semata sementara temanya homogen. Insya Allah banyak peminatnya, saya salah
satunya :D
SUMBER : http://tsaubanabqorie19.blogspot.com/2013/12/kumpulan-resensi-novel.html